Rabu, 28 Desember 2011

BIBIT (sebuah renungan)


Saya sangat terusik ada orang yang tidak mencapai sesuatu lalu dia menyalahkan keadaan "Jelas dia bisa begitu, dasarnya sudah begitu" seakan-akan dia tidak mencapai apa yang dicapai orang tersebut karena tidak memiliki apa yang sudah dimiliki oleh orang lain.
Tapi renungkanlah, kita diciptakan ke dunia sama-sama tidak memiliki apa-apa, dalam keadaan telanjang. Jika seseorang bisa mencapai sebuah prestasi yang membanggakan sedangkan yang lain tidak apa yang salah?
Tengoklah Bill Gates, apa teman-teman, guru-gurunya mengatakan dia diberi kecerdasan ketika dia kuliah saja sampai di drop out? Roman Abramovic, salah satu milyuner kaya, apa dia memiliki warisan sehingga dia bisa menikmati kemewahan seperti sekarang ini? Lionel Messi, bintang sepak bola saat ini yang tidak seorang pun penggemar sepak bola yang tidak tahu, bahkan memiliki masa kecil yang menderita karena kekurangan hormon pertumbuhan. Apa orang akan mengira dia bisa seperti ini saat melihat Messi kecil?
Memang orang-orang yang diberi kelebihan modal kesuksesan baik kepandaian, kekayaan, atau apapun namanya bisa mencapai apa yang mereka harapkan tanpa perlu susah payah. Kita yang mungkin tidak memiliki modal yang menurut kita bisa menunjang kesuksesan kita terkadang iri pada orang-orang itu, "Enaknya, cuma melakukan sekecil itu bisa seperti itu."
Jika kita tidak memiliki apa yang kita sebut modal kesuksesan seperti diatas, kita masih memiliki apa yang pasti dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita yaitu akal dan nafsu.
Dengan akal kita bisa memikirkan jalan bagaimana kita bisa mencapai apa yang kita inginkan, walaupun jalan yang kita lalui tersebut berliku, naik turun, banyak rintangan dan jalan buntu.
Thomas Alva Edison, sang penemu lampu pijar, melakukan hampir seribu percobaan yang gagal. Apa yang beliau katakan, "Saya tidak gagal, saya menemukan seribu cara yang tidak bisa berhasil. Saya hanya butuh satu cara agar berhasil"
Jika kegagalan yang kita peroleh, maka karunia Tuhan yang lain yang berperan, yaitu nafsu. Nafsu atau motivasi akan mendorong kita untuk terus mencoba dan mencoba tanpa mengenal putus asa. tanpa Nafsu atau Motivasi kita akan langsung menyerah dan menyalahkan keadaan sehingga timbul penyakit dengki.
Kesimpulannya, walaupun mungkin bibit kita jelek, kita masih bisa mencapai buah kesuksesan jika dalam merawat bibit tersebut dengan baik, walaupun perawatannya memerlukan tenaga ekstra.

Kamis, 15 Desember 2011

DBD

Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorhagic Fefer, DHF)

KRITERIA KLINIS

  1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari
  2. terdapat manifestasi perdarahan, sekurang-kurangnya uji torniquet (RL) positif
  3. perbesaran hati
  4. syok
KRITERIA LABORATORIS
  1. Trombositopenia (kurang atau sama dengan 100000)
  2. hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit lebih dari 20%
DERAJAT DBD
  1. Derajat I
    • Demam
    • gejala klinis tidak jelas
    • gejala perdarahan hanya uji torniquet (+)
  2. Derajat II
    • seperti gejala DBD I
    • ditambah perdarahan spontan, biasanya dalam bentuk perdarahan di bawah kulit atau lainnya
  3. Derajat III
    • kegagalan sirkulasi ditandai denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien gelisah
  4. Derajat IV
    • syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah

OHO

Obat Hiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi

  1. pemicu sekresi insulin
    • meningkatkan sekresi insulin oleh sel pankreas
    • pilihan utama BB normal dan kurang
    • hati-hati bahaya hipoglikemia
    • golongan Sulfonil Urea & Glinid
    • diminum sebelum makan
  2. penambah sensitivitas terhadap insulin
    • golongan metformin, tiazolidindion
  3. penghambat glukoneogenesis
    • golongan metformin
  4. penghambat absorbsi glukosa
    • mengurangi absorbsi glukosa di usus halus
    • menurunkan kadar glukosa PP
    • tidak ada efek hipoglikemia
    • golongan penghambat glukosidase alfa : acarbose
    • diminum setelah suapan I
METFORMIN
  • Termasuk golongan biguanid
  • mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis)
  • memperbaiki ambilan glukosa perifer
  • untuk DM tipe gemuk
  • Kontra indikasi
    • gangguan fungsi ginjal
    • gangguan aliran o2 ; gagal jantung, stroke

SPEKTRUM KLINIK ACS

Acute Coronary Syndrome

  1. unstable angina pectoris ---> tidak terdapat kenaikan enzim jantung
  2. Non STEMI ---> terdapat kenikan enzim jantung, partial oclusi coronary
  3. STEMI ---> total oclusi coronary
  4. Suddent Death

KRISIS HIPERTENSI DENGAN EDEMA PARU AKUT

DEFINISI
suatu keadaan timbulnya tanda dan gejala gagal jantung yang disertai dengan peningkatan tekanan darah dan gambaran rontgen thoraks sesuai dengan edema paru

MANIFESTASI KLINIK
Keluhan/gejala :

  1. sesak napas
  2. orthopnea
  3. dyspnea d'effort


PEMERIKSAAN FISIK

  1. Tekanan darah sesuai definisi krisis hipertensi (sistole>180 dan atau diastole>120)
  2. frekuensi pernapasan meningkat
  3. pada pemeriksaan jantung ditemukan s3 dan atau s4 gallops
  4. pada pemeriksaan paru suara napas ekspirasi memanjang disertai ronkhi basah halus seluruh lapangan paru
  5. peningkatan tekanan vena jugularis


DIAGNOSIS

  1. peningkatan tekanan darah sesuai krisis hipertensi
  2. gejala dan tanda gagal jantung
  3. edema paru pada foto thorak


PRINSIP TATA LAKSANA DAN SASARAN TEKANAN DARAH
Terapi diberikan dengan urutan sbb. :

  1. O2 dengan target saturasi o2 perifer >95%, bila perlu digunakan CPAP  atau ventilasi mekanik non invasif bahkan ventilasi mekanik invasif
  2. pemberian nitroglicerin sub lingual, bila perlu dilanjutkan dengan pemberian drip
  3. pemberian diuretik loop intra vena (furocemid)
  4. pemberian obat anti hipertensi intra vena atau sub lingual
  5. bila tak ada kontra indikasi morfin IV dapat dipertimbangkan
Target penurunan tekanan darah sistolik atau diastolik sebesar 30 mmHg dalam beberapa menit. Sasaran akhir tekanan darah sistolik < 130 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg sebaiknya dicapai dalam 3 jam.

dicuplik dari : KRISIS HIPERTENSI,

Senin, 30 Mei 2011

FUROSEMIDE


Drug form and composition
Solution for injection. One ampoule of 2 ml contains 20 mg Furosemide (10 mg /ml). Tablets. One tablet contains 40 mg Furosemide.

Indications
Edema, due to cardiac, hepatal and renal diseases; preeclamsia and eclamsia edema; chronic cardiovascular failure; swelling in burns; arterial hypertension (when saluretics are contraindicated); in intoxications, in order to cause forced diuresis; in complex treatment of the pulmonary and intracranial edema.

Dosage and administration
Tablets: The initial dose in adults is 40 mg (1 tablet) Furosemid; in case of lack of diuretic effect 6-8 hours later additional 80-120 mg (2-3 tablets) may be administered. Usual daily maintaining dose is 40-80 mg. Maximal dose should not exceed 300 mg/24 h. In treatment of the arterial hypertension the preparation is used in low doses - 10-20 mg daily. In children the preparation is used in daily dose 1-2 mg per kg body weight. Solution for injection: Parenteral therapy in adults is usually started with 20-40 mg Furosemid, intravenously or intramuscularly. In patients with pulmonary edema the initial dose is 40 mg intravenously; the same dose can be repeated with 20 minutes interval. In intoxication with barbiturates 40 mg Furosemid are injected, followed by 1-hour infusion of 500 ml saline. In intracranial edema 20-40 mg Furosemid are injected 1-3 times daily. In children Furosemid is applied intravenously or intramuscularly in dose 1-3 mg per kg body weight.

Contraindications
Severe liver failure (hepatal coma); acute intoxication with salicilate; renal failure, accompanied by anuria or oliguria; severe hypokaliemia; hypovolemia with or without hypotension.

Special warnings and precautions
Before the treatment with Furosemid existing hypokalemia, hyponatremia, hypovolemia and hypotension should be corrected. During the treatment a potassium-rich diet is advisable. Furosemid should be used with care in patients with auditory disorders, allergy to sulphonamydes, and micturiton disorders. In pregnant women Furosemid should be administered only after precise indications consideration. It should be kept in mind that in nursing women the preparation passes in the mother milk and depresses lactation. In such cases is advisable to stop the nursing. In drivers and machinery operating persons Furosemid may disturb capabilities to normal professional activity.

Drug interactions
Furosemid reduces the therapeutic effect of vasopressor amines and anti-diabetic medicines; potentiates the nephrotoxic effect of the cephalosporins, the ototoxic effect of aminoglycosides, and cardio- and neurotoxic effects of the lithium; potentiates effects of antihypertensive drugs and tubocurarine. In combined treatment with cardiac glycosides the preparation increases sensitivity of the myocardium to digitalis. In concomitant treatment with high dose salicylates salicylate intoxication is possibly to develop. Indometacin reduces diuretic and antihypertensive effects of Furosemid.

Adverse reactions
In high dose hypokalemia, hyponatremia, hypocalcemia, hypovolemia, dehydration, thrombosis and other violation of water-electrolyte balance may develop; in predisposed patients allergy skin rash may be seen; blood count changes (leucopenia, agranulocytosis, thrombocytopenia). In elderly patients with high dosesis is possibly to develop a circulatory collapse.

Pharmacological mechanisms
Furosemide exerts a powerful diuretic effect, causing a high (20-30%) glomerular excretion of sodium and water. It acts on the medullar portion of the ascending limb of Henle loop, where are absorbed chloride and sodium ions, but not water, blocking predominantly the active chloride transport. The sodium reabsorption inhibition is a secondary effect. The preparation increases the selective elimination of the sodium up to 35%, and, depending on the dose, stimulates renin - angiotensin - aldosterone system. This leads to reducing of the cortical-papillary osmotic gradient and significant decrease of the concentration capabilities of the kidney. Before the diuretic effect become evident Furosemid reduces the heart preload by dilation of the capacitive vessels, in case the renal function is normal and no significant edemas exist.

Supplied
10 or 100 ampoules of 2 ml (10 mg). 20 or 2500 tablets of 40 mg.

Jumat, 27 Mei 2011

Doa Nurbuat/Nurun-Nubuwah

Bahu Laweyan

Misteri Bahu Laweyan Di Pulau Jawa

Mitos Bahu Laweyan Terlahir Sebagai Wanita Titisan Iblis
Budaya dinegeri ini hampir semuanya tidak bisa dilepaskan dengan masalah-masalah mistik. Meski ajaran Islam sudah masuk lama, Ironisnya mereka bukannya meninggalkan malah mencampur adukkan ajaran agama dengan hal-hal yang berbau mistis.
Ditanah Jawa sendiri ada cerita mistik yang tidak bisa dipegang keabsyahannya. Tapi masyarakat disini sangat percaya meski mereka mengaku beriman kepada Allah.
Seperti keganjilan yang menempel pada diri seorang wanita jawa yang mempunyai tahi lalat atau tembong pada bahu kiri.
Dalam perspektif Jawa dikenal istilah Bahu Laweyan. Yaitu, perempuan yang memiliki ciri-ciri khusus pembawa sial.
Mitos seperti ini mulai berkembang pada abad IX, seperti digambarkan dalam Serat Witaradya karya R Ng Ronggowarsito konon sesunggunya memangada, tetapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Keberadaannya mulai diperhitungkan sejak tahun 921 M saat kejayaan Keraton Pengging Witaradya

Cerita kuno

Kisah itu dimulai ketika kerajaan mengadakan upacara wilujengan atau semacam ulang tahun penobatan sang raja. Karena sang raja mempunyaisahabat yang sangat banyak dan tidak hanya manusia, tapi juga bangsa jin yang menguasai golongan lelembut brahala yang bernama Gandarwa Kurawa, kebetulan ia juga diundang menghadiri.
Disinilah awal cerita. Ketika berlangsungnya pestaraja, Gandarwa Kurawa sangat tertarik dengan kecantikan putri raja yang bernama Dewi Citrasari. Namun disisi lain ia tidak dapat berbuat apa-apa karena sungkan dengan sang raja yang juga sahabat karibnya. Karena saking cintanya, sebagai pelampiasan, Gandarwa Kurawa mencari segala cara untuk bagaimana bisa mendapatkan. Segala kekuatan dan kesaktian dikerahkan saat ia berhubungan intim dengan sang putri. Percampuran antara benih manusia dan jin yang telah disusupi iblis bersatu. Ketika bayi tersebut lahir memiliki tanda khusus berupa toh (tompel) sebesar uang logam yang terletak pada bahu kiri.yang oleh masyarakat disebut dengan nama perawan Bahu Laweyan

Tidak wajar

Konon menurut kepercayaan masyarakat, perempuan Bahu Laweyan kehidupannya berjalan tidak normal. Hal ini disebabkan wanita tersebut dipengaruhi oleh aura mahkluk halus yang sangat jahat. Ia mempunyai berbagai macam keganjilan-geganjilan yang tidak dijumpai oleh manusia lainnya. Suasana mistis selalu mengiringi sepanjanghidupnya, rti tatapan matanya yang kosong, pendiam, menyendiri. Konon ia kebal terhadap serangan berbagai ilmu hitam seperti santet, teluh dan lainnya. Namun siapa saja yang menjadi suaminya, saat melakukan hubungan intim denganperempuan tersebut bakal mati dengan cara mengenaskan.
Karena masyarakat sudah terlanjur dan sangat mempercayainya secara turun menurun, serta menjadikan suatu ancaman meski belum tentu sumber kebenarannya. Akibatnya jika kedapatan ada wanita yang mempunyai ciri-ciri tersebut tidak ada yang mau menikahinya. Ironisnya ia akan dikucilkan baik oleh penduduk setempat maupun keluarganya.

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8128940

Selasa, 19 April 2011

Asma dan penanganannya

Asma dapat diterapi dengan 2 macam cara. Cara pertama merupakan terapi non-obat, dapat dilakukan dengan menghindari pemicunya, atau dengan terapi napas (senam asma). Cara kedua dengan melibatkan obat-obat asma yang digolongkan menjadi 2, yaitu untuk penggunaan jangka panjang yang berguna mengontrol gejala asma dan sebagai terapi untuk mencegah kekambuhan (long-term prevention) dan obat asma untuk penggunaan jangka pendek yang merupakan pengobatan cepat untuk mengatasi serangan asma akut (short-term relief). Obat jangka panjang memberikan pencegahan jangka panjang terhadap gejala asma, menekan, mengontrol, dan menyembuhkan inflamasi jika digunakan teratur namun tidak efektif untuk mengatasi serangan akut.  Beberapa obat jangka panjang antara lain kortikosteroid inhalasi yang merupakan obat paling efektif, beta-2 agonis aksi panjang dan metil ksantin (teofilin) untuk mengatasi gejala asma pada malam hari (gejala nocturnal), kromolin dan nedokromil sebagai antiinflamasi; sedangkan untuk jangka pendek, berupa obat-obat bronkodilator (salbutamol, terbutalin, dan ipratropium) dan kortikosteroid oral ketika serangannya sedang sampai berat. Untuk jangka panjang dan pendek, dapat digunakan obat-obat sistemik (prednisolon, prednison, metilprednisolon).
Tentunya, obat-obat tersebut tidak dapat lepas dari efek samping yang kadang cukup berbahaya sehingga kita harus berhati-hati dalam penggunaannya. Kortikosteroid hirup, pada ibu hamil berefek pada rendahnya berat bayi yang lahir dan memperlambat pertumbuhan anak-anak jika digunakan selama bertahun-tahun. Kortikosteroid inhalasi berefek samping lokal pada anak-anak seperti batuk, rasa haus, dan kekakuan lidah bila pemberian melalui nebulizer, meningkatkan kejadian osteoporosis pada wanita. Kortikosteroid oral dapat saja digunakan untuk jangka panjang, tetapi hanya boleh digunakan kalau obat lain telah gagal sebab beresiko osteoporosis. Teofilin, pada anak-anak, menimbulkan hiperaktivitas dan gangguan pencernaan. Obat-obat sistemik dalam jangka pendek dapat meningkatkan berat badan, hipertensi, gemuk air karena retensi cairan, dan jangka panjangnya menimbulkan moon face, perlambatan pertumbuhan, diabetes, dan penipisan jaringan kulit.
Untuk ibu hamil yang mengidap asma, penanganan asma selama masa kehamilan dengan obat-obat asma perlu perhatian khusus. Tidak semua jenis obat asma dapat dikonsumsi oleh wanita hamil. Obat-obat jenis beta agonis adalah yang paling sering diberikan karena menurut hasil riset obat-obat beta agonis tidak meningkatkan risiko timbulnya kelainan kongenital dan kelainan lain. Albuterol atau salbutamol adalah jenis beta agonis yang paling banyak digunakan.
Beta agonis aksi pendek, seperti Albuterol atau salbutamol, direkomendasikan sebagai pengobatan untuk semua pasien asma dalam terapi asma akut. Apabila beta agonis tidak memberikan perbaikan, pada terapi asma akut secara umum dan pada wanita hamil dapat disertakan pemberian bronkodilator seperti Nebulized Ipratropium. Obat-obatan terbaru yang digunakan untuk penatalaksanaan asma melibatkan obat-obat leukotriene modifier (zileuton, zafirlukast, dan montelukast). Obat-obat jenis ini efektif dalam terapi asma menetap ringan sampai sedang pada wanita hamil (ITA).

Sumber : http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/asma-penanganannya/

Common Cold

DEFINISI
Common Cold (pilek, selesma) adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara yang besar.
PENYEBAB
Berbagai virus yang berbeda menyebabkan terjadinya common cold:
1. Picornavirus (contohnya rhinovirus)
2. Virus influenza
3. Virus sinsisial pernafasan.
Ketiganya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh penderita.Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek pada suatu saat dibandingkan waktu lain. Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau meningkatkan resiko untuk tertular. Kesehatan penderita secara umum dan kebiasaan makan seseorang juga tampaknya tidak berpengaruh.
Kelompok yang secara pasti lebih mudah tertular adalah orang-orang yang : – mempunyai kelainan pada hidung atau tenggorokan (misalnya pembesaran amandel) – kelelahan atau stres emosional – alergi di hidung atau tenggorokan – wanita pada pertengahan siklus menstruasi.
GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.
Kemudian penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit ringan.
Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada saat terjadinya gejala.
Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak.
Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.
KOMPLIKASI
Komplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala: 
1. Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan rasa terbakar
2. Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada penderita bronkitis atau asma yang menetap
3. Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara (infeksi trakeobronkial).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
PENGOBATAN
Penderita diusahakan selalu dalam keadaan hangat dan nyaman, serta diusahakan agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus menjalani tirah baring di rumah.
Minum banyak cairan akan membantu mengencerkan sekret hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan/dibuang.
Untuk meringankan nyeri atau demam pada anak-anak maupun dewasa, bisa diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Pada penderita dengan riwayat alergi, pemberian antihistamin bisa membantu mengeringkan hidung yang meler terus menerus.
Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu mengencerkan sekret dan mengurangi sesak di dada.
Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa membantu mengeluarkan sekret yang kental.
Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret dan debris dari saluran pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu dan menyebabkan penderita susah tidur.
Jika batuknya hebat, bisa diberikan obat anti batuk.
Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold, antibiotik hanya diberikan jika terjadi suatu infeksi bakteri.
PENCEGAHAN
Antibodi yang terbentuk pada saat seseorang terserang pilek akan menurun setelah beberapa waktu dan virus penyebab pilek jumlahnya sangat banyak, karena itu orang terus terserang pilek dari waktu ke waktu di sepanjang hidupnya.
Belum ditemukan vaksin yang efektif untuk setiap jenis virus pernafasan.
Tindakan pencegahan yang paling baik adalah menjaga kebersihan.
Banyak virus common cold yang ditularkan melalui kontak dengan ludah yang terinfeksi, karena itu untuk mengurangi penularan sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta membersihkan permukaan barang-barang.
Vitamin C dosis tinggi (2000 mg per hari) belum terbukti bisa mengurangi resiko tertular atau mengurangi jumlah virus yang dikeluarkan oleh seorang penderita.

Senin, 18 April 2011

Golongan-golongan antibiotik dan cara kerjanya


Antibiotic groups
Antibiotic groups
Mode of action
examples
Aminoglycosides
Irreversible inhibition of protein synthesis by binding to reseptors on the 30S subunits of bacterial ribosome
Amikacin, Gentanicin, Kanamycin, Neomycin, Netilmicin, Streptomycin, Tobramycin
Carbacephem
Inhibit synthesis of peptidoglycan causing osmotic lysis
Loracerbef
Carbapenems
Inhibit synthesis of peptidoglycan causing osmotic lysis; resistant to β-lactamase & has a wide spectrum of activity
Ertapenem, Imipenem, Meropenem
Cephalosporin
Bind to penicillin-binding proteins (PBP) of bacteria; inhibit bacterial cell wall peptidoglycan synthesis & activate bacterial cell wall autolytic enzymes
Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin, Cefamandole, Cefapirin, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren, Cefepim, Cefetamet pivoxil, Cefixime, Cefmenoxime, Cefminox, Cefodizime, Cefonicid, Cefoperazone, Cefotaxime, Cefotetan, Cefotiam, cefoxitin, Cefpirome, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine, Cefsulodin, Ceftazidime, Ceftezole, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime
Chloramphenicol
Bind reversibly to a reseptor site on the 50S subunit of bacterial ribosome
Chloramphenicol
Glycopeptide
Prevent further elongation & cros-linking of bacterial peptidoglycan synthesis; active against gram-positive bacteria including methicillin-resistant Staphylococci
Vancomycin, Teicoplanin
Colycylcycline
Bind reversibly to receptors on the 30S subunit  of bacterial ribosome inhibiting protein synthesis
Tigecycline
Lincosamide
Inhibit protein synthesis by interfering w/ initiation complexes & translocation reactions on the bacterial 50S subunit
Clindamycin, Lincomycin
Ketolides
Inhibit bacterial protein synthesis by reversible binding to the 50S ribosomal subunit
Telithromycin
Macrolide
Inhibit bacterial protein synthesis by reversible binding to the 50S ribosomal subunit
Azithromycin, Clarithromycin, Dirithromycin, Erythromycin, Midecamycin, Roxithromycin, Spiramycin, Troleandromycin
Monobactam
Inhibit synthesis of peptidoglycan causing osmotic lysis; resistant to β-lactamases & active against gram-negative rods
Aztreonam
Nitroflurantoin
Block aerobic energy production & synthesis of protein, DNA, RNA, & cell walls
Nitrofluratoin
Oxazolidinones
Cause faulty bacterial protein synthesis by binding to the 50S ribosomal subunit
Linezolid
Penicillins
Inhibit synthesis of peptidoglycan causing osmotic lysis
Amoxicillin, Ampicillin, Bacampicillin, Carbenicillin, Cloxacillin, Dicloxacillin, Methicillin, Mezlocillin, Penicillin G, Penicillin V, Piperacillin, Ticarcillin
Penicillins w/ β-lactamase inhibitors
Bind to Penicillin-binding protein (PBP) of bacteria; inhibit bacterial cell wall peptidoglycan synthesis & activate bacterial cell wall autolytic enzymes
Amoxicillin + Clavulanate, Ampicillin + Sulbactam, Ticarcillin + Clavulanate, Piperacillin +Tazobactam
Polymixins
Alter cytoplasmic membrane causing cellular leakage
Polymyxin B
Quinolones
Inhibit topoisomerases that are essential for bacterial DNA replication and transcription; inhibit DNA gyrase
Cyprofloxacin, Enoxacin, Levofloxacin, Lomefloxacin, Moxifloxacin,Nalidixic acid, Norfloxacin, Ofloxacin, Pazufloxacin, Rufloxacin, Trovafloxacin
Streptogramins
Cause faulty bacterial protein synthesis by binding to the 50S ribosomal subunit
Quinupristin + Dalfopristin
Sulphonamides
Competitive inhibition of folic acid synthesis by acting as structural analogue of para-aminobenzoic acid (PABA)
Sulfisoxazole, Sulfamethoxazole, Sulfamethizole, Sulfasalazine
Tetracyclines
Bind reversibly to receptors on the 30S subunit of the bacterial ribosome inhibiting protein synthesis
Chlortetracycline, Demeclocycline, Doxycycline, Lymecycline, Minocycline, Oxytetracycline, Tetracycline
Trimethoprim
Inhibits dihydrofolic acid reductase of bacteria & blocks metabolic sequences in DNA synthesis
Trimethoprim
Tyrocidin
Alter cytoplasmic membrane causing cellular leakage
Tyrocidine, Gramicidin

Coba-coba jadi blogger ^^

Mohon teman-teman memberi saran cara membuat blog yang baik.
Kritik dan saran sangat dinantikan.
Maklum ndak ada yang mengajari.

So ... tolong dibantu ya ... hehehehe...